Untukmu, di Amerika

00.02

Menu sarapan pagi itu adalah roti isi keju dan susu. Gadis kecil itu dengan lahap menghabiskan sarapan di depannya. Hari ini adalah hari yang ditunggunya sejak hari pertama ia masuk Sekolah Dasar. Hari ini ia akan menghadiri kelas menggambar pertamanya!


"Nak, makannya pelan-pelan aja, dong!" seru sang ibu
Sang anak hanya terkekeh dan menjawab, "takut terlambat, ma"
"masih pagi, sayang. Pelan-pelan aja"

Sarapan habis lalu dengan tergesa ia memakai ransel serta tak lupa menjinjing buku gambar barunya. 

"aku berangkat ya, ma, pa!" seru Gadis kecil itu
"hati-hati, nak!" 

***

Malam Sebelumnya
18.45 

Gadis kecil itu memandang sebuah majalah anak-anak berisi bermacam-macam gambar di dalamnya. Ia berkali-kali membalik halaman majalah tersebut sampai akhirnya ia berhenti pada sebuah halaman yang telah ia cari sedari tadi. Senyumnya merekah, lalu dengan cepat ia menyambar pensil yang tergeletak di atas buku gambarnya yang kosong. 

Gadis kecil itu mencoba menyalin gambar yang ada di halaman majalah tersebut. Berkali-kali ia menggambarnya, menghapusnya, menggambarnya kembali, hingga ia merasa puas dengan gambar yang telah ia buat. Ia menambah beberapa hal untuk mempercantik gambarnya hingga akhirnya. "Voila!" gambarnya telah selesai. Ia tersenyum lebar, puas dengan hasil tangannya. Kemudian rasanya belum cukup baginya jika ia tidak menambahkan tulisan yang merepresentasikan hasil gambar tangannya, akhirnya ditulisnya 'Princess Aurora' di bawah gambarnya.

Perfect!

***

"ya anak-anak, silakan dibuka buku gambarnya, bapak akan keliling untuk memeriksa gambar kalian" 
sang guru mulai berkeliling dan memeriksa gambar muridnya satu per satu. ia juga memberi beberapa komentar di beberapa gambar, kemudian memberi nilai.

Tiba saatnya Pak guru memeriksa hasil gambar Gadis kecil itu. Dengan tersenyum bangga si Gadis kecil menyodorkan buku gambarnya pada Pak guru. 

Pak guru mengernyit sebentar saat melihat gambar itu kemudian tersenyum, "wah, bagus sekali, nak!" hanya komentar itu yang diberi oleh Pak guru, kemudian ia menorehkan angka 85 di atas gambar si Gadis kecil. 

Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah si Gadis dengan penasaran mencoba melihat gambarnya, lalu tiba-tiba ia berceletuk, "hah? apaan tuh princes Auaua?" 

si Gadis kecil terkejut dan menutup buku gambarnya dengan sigap. "apaan sih, itu Aurora tau!"

anak laki-laki itu terkekeh geli, "nama kamu princes Auaua ya? aneh banget!"

si Gadis kecil mengalihkan pandangannya dari anak laki-laki itu lalu bergumam, "dasar menyebalkan!"

***

sejak hari itu, beberapa teman di kelas mengenalnya sebagai Auaua. semua ini gara-gara si anak laki-laki menyebalkan itu! Siapa tadi namanya? Ah ya, Akbar! 

***

Seminggu kemudian
8.30

"Hai, Auaua, lihat deh! Ini apa coba?" Akbar memanggilnya sambil menyodorkan sesuatu pada si Gadis kecil

"buku gambarku! balikin, bar!" serunya

"nggak mau!" kekeh Akbar sambil membuka-buka buku gambarnya dan memamerkan isinya pada seluruh kelas

"eh temen-temen! lihat deh, ini nih princes Auaua! Auaua! Eh dia tinggalnya di hutan ya sama tarzan? AUAUAAAA" 
Akbar menirukan gerakan Tarzan kemudian sambil tertawa geli ia berlari keliling kelas karena si Gadis yang mulai geram mulai mengejarnya.

Akbar berlari lebih cepat dari si Gadis kecil sampai akhirnya si Gadis kecil terjatuh. Air mata berlinang di matanya. Kemudian ia terisak dan berusaha menutup wajahnya.

Akbar berhenti untuk melihat apa yang terjadi hingga Gadis kecil itu berhenti mengejarnya. Ia menghampiri Gadis itu.

"Auaua nangis? yah kok nangis sih, gak seru nih! Maafin aku deh, sini aku bantuin!" Akbar mengulurkan tangannya serta menyodorkan buku gambar milik si Gadis kecil. 

si Gadis kecil itu perlahan mengulurkan tangannya, namun bukan untuk menerima uluran tangan Akbar, melainkan mengambil buku gambar miliknya lalu berdiri dan berjalan menjauh darinya.

aku berharap dia pindah sekolah. yang jauh dari sini. jauuuuuh sekali. aku tak mau melihat anak laki-laki menyebalkan itu lagi!

***

Beberapa hari kemudian
9.30

"Akbar kok jarang masuk sih?" tanya si Gadis kecil pada teman sebangkunya
"kata ibu guru dia mau pindah sekolah" jawab temannya
"pindah kemana?"
"nggak tau deh, katanya sih ke Jakarta. Kenapa? kamu seneng ya nggak ada yang ngejek auaua lagi?"

si Gadis hanya terdiam. Ia belum sempat menerima permintaan maaf dari Akbar. Tapi bukankah seharusnya dia senang Akbar akan pindah? Bukankah itu yang ia harapkan?

Sejujurnya, bukan itu yang ia rasakan saat ini. Namun perasaan yang lain, perasaan seperti...

kehilangan?

***
Rabu
6.45

Hari itu Akbar masuk. Namun wajahnya tidak seceria biasanya. Biasanya ia akan menyapanya setiap pagi sambil terkekeh riang menirukan suara Tarzan. Namun hari ini ia hanya berjalan menunduk dan duduk di belakang bangku si Gadis kecil tanpa ada upacara peniruan suara Tarzan. 

ada apa dengannya?

si Gadis kecil membalikkan badan dan memulai percakapan dengannya
"bar, kamu mau pindah ke Jakarta ya?" 

Akbar sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun ia menjawabnya dengan menghela napas, "Nggak"

Syukurlah dia tidak pindah.

si Gadis ber-oh panjang lalu berbalik ke posisi awalnya, tanpa menoleh kembali.

Beberapa saat kemudian ibu guru memasuki kelas dan memanggil Akbar. Di depan kelas ada orang tua dan seorang anak balita yang menyapa Akbar. itu pasti orang tua dan adik Akbar, tebak si Gadis kecil. 

Akbar bercakap-cakap kecil dengan orang tuanya dan ibu guru, kemudian ia mengusap matanya.

hei, apa dia menangis?

Akbar kembali ke dalam ke kelas, melewati si Gadis kecil tanpa menoleh dan langsung menyambar tas ranselnya. Lalu ia berdiri di depan kelas, menghadap si Gadis kecil dan teman-teman sekelasnya.

"ya anak-anak, hari ini Akbar mau pamit ke kalian semua."

Pamit? Apa maksudnya? Akbar bilang dia tidak pindah! 

ibu guru melanjutkan, "Akbar mau pindah ke Amerika"

terdengar gumaman takjub anak-anak di kelas, beberapa tidak percaya Akbar akan pindah sejauh itu.

Akbar mengucapkan salam yang langsung dijawab oleh seisi kelas. kemudian ia melanjutkan, "teman-teman, aku mau pindah ke Amerika. Aku minta maaf kalau selama aku berteman dengan kalian aku melakukan kesalahan. doakan aku selamat sampai sana dan punya teman yang baik seperti kalian ya!" 

Akbar berusaha tersenyum, namun matanya berlinang air mata. Rasanya ia menahan air mata itu agar tidak jatuh ke pipinya

kemudian Akbar mulai berjalan dan menjabat tangan masing-masing anak di dalam kelas. Akbar berhenti di depan si Gadis kecil dan berkata pelan, "maafin aku ya, waktu itu kamu belum maafin aku. gambar kamu bagus kok, Lyn" 

si Gadis kecil terpaku lalu menyambut uluran tangan Akbar dan menjabatnya.

"iya, udah aku maafin kok"

dan kalimat itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan si Gadis kecil pada Akbar. hari itu juga adalah hari terakhir ia bertemu dengan si anak laki-laki menyebalkan itu.

beberapa tahun kemudian Akbar kembali ke Indonesia dan mengunjungi sekolah lamanya. namun sayang, si Gadis kecil tidak masuk sekolah karena sakit.

hingga saat ini, Gadis itu masih ingat dengan jelas bagaimana hal-hal itu terjadi, bagaimana suara tawa kecil seorang anak laki-laki yang dulu membuatnya menangis kini membuatnya rindu, bagaimana anak laki-laki itu memanggilnya Auaua sambil membawa buku gambarnya keliling kelas, bagaimana Gadis itu merasa sangat kehilangan.

kini, masing-masing dari mereka telah menjadi sosok yang berbeda. namun hanya kenangan yang dimiliki si Gadis yang tak pernah berubah. 

si Gadis, hingga saat ini, masih berharap bisa bertemu dengannya lagi. suatu hari.


sincerely,


si Gadis kecil yang telah menjadi si Gadis
si Gadis yang masih mengingat semua itu
si Gadis yang berharap kamu datang ke Indonesia

Popular Posts

Instagram